Toleransi Beragama dalam Bhinneka Tunggal Ika
Di negara saya ini, Indonesia. Sekarang lagi bergejolak perdebatan yang panjang. Semua itu meliputi perbedaan agama, ras, suku dan budaya. Seakan semboyan bhinneka tunggal ika dilupakan. Semua mementingkan pendapat dan keegoisannya masing-masing. Jikapun ditanya apa yang kalian bela? Mereka dengan enteng menjawab “kami membela agama kami.” . tidak kawan! Yang kalian bela bukan agama kalian, tapi ego kalian. Yang kalian bela emosi, yang kalian belah adalah kemarahan bukan agama. Sadarkah kalian?
Tidak ada satupun ayat
Al-Quran maupun hadist yang memerintahkan membela dengan kebencian. Tidak ada
satupun ayat Al-Quran dan hadist yang menjamin dengan kebencian dan kemarahan
terhadap sesama makhuk ciptaan_Nya akan menjamin surga bagi kita.
Saya adalah seorang
muslim, tapi bukan berarti saya membenci orang yang bukan muslim. Saya
menghargai toleransi. Sehinggan kita bisa hidup berkesinambungan antar umat
beragama. Bukankah sudah dijelaskan dalam surat al-kafirun bahwa “Aku tidak akan menyembah apa yang kamu
sembah dan kamu tidak akan menyembah apa yang aku sembah. Untukmu agamamu.
Untukku agamaku.” Implementasi kan toleransi beragama dengan merangkul
semua etnis, apapun warna kulit dan kebangsaannya. Sehingga dapat menciptakan
kehidupan masyarakat yang aman dan damai.
Ketika politik merajai
negara kita, masyarakat seakan rentan akan hasutan-hasutan yang sifatnya
mementingkan golongan politik. Kita bukan hidup di zaman Nabi, kita hidup di
zaman yang berlandaskan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Kita hidup di
zaman yang penuh dengan perbedaan. Tuhan menciptakan kita berbeda-beda. Tuhan
menciptakan umat Muslim, Yahudi, Nasrani, Hindu, Budha bahkan atheis. Jika saja
Tuhan mau, bisa saja Ia menjadikan kita semua sama. Serupa, seagama, sebangsa
bahkan sepemikiran. Tapi tidak kan? Tuhan mempunyai tujuannya sendiri. Seperti dijelaskan dalm surat al Hujurat ayat 13”
Hai manusia, sesungguhnya kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha
mengenal”. Tuhan sengaja menciptakan perbedaan supaya manusia belajar
toleransi. Tanpa adanya perbedaan, manusia pasti tidak akan mengenal toleransi,
Saling menhormati bahkan saling menghargai. Jadi kita harus menghormati
perbedaan tersebut, agar kita berpandangan luas dalam pergaulan sesama manusia
dan sebagai sesama warganegara.
Di lain hal lagi, menurut
saya politik dan agama harus dipisahkan. Kenapa? Karena di negara saya
Indonesia tidak hanya berdiri satu agama ataupun satu golongan saja. Pahami
mana yang politik dan mana yang agama. Jika agama dan politik di campur adukkan
maka perpecah belahan akan terjadi. Said Aqil Ketua Umum Pengurus Besar
Nahdatul Ulama (PBNN) pernah menjelaskan “jika politik dan agama digabungkan, maka politik akan menjadi radikal. Ketika ada
oposisi, maka oposisi disingkirkan atas nama kafir, murtad dan lain sebagainya.
Peristiwa seperti ini terus terjadi sepanjang sejarah. Jika ada ulama yang
kritis terhadap pemerintahnya langsung dituduh zindiq, murtad dan sebagainya. Hal
ini terjadi karena agama dijadikan alat politik” Jangan sampai kita hancur
dulu baru menyadari, bahwa ini adalah
cara mengadu domba anak bangsa Indonesia.
Masih ingatkah kawan
atau kawan pernah mendengarnya, sebuah pesan dari Blackberry Messenger (BBM) oleh Guburnur Bali I Made Mangku
Pastike, karena terjadi bentrok di Lampung antara kampung Balinuraga dan
masyarakat Lampung asli. Rakyat Bali merasa sangat marah karena merasa kaum
minoritas (hindu) tidak diperhatikan di Indonesia. Hindu Bali menghargai
ke-bhinnekaan Nusantara, namun bila negara ini telah telah teracuni bangsa Arab
yang ingin mengislamkan negara kita, saatnya Hindu Senusantara mengembalikan
kejayaan majapahit dan hindu di Tanah Nusantara ini. Bayangkan jika pulau-pulau
di Indonesia banyak yang ingin memisahkan diri? Apa yang akan terjadi? Apa yang
akan kita lakukan? Nah, dalam hal ini toleransi antar berumat sangat diperlukan
sehingga kesenjangan dalam beragama tidak terjadi.
Tulisan ini, sungguh
bukan maksud saya mengurui siapapun. Saya hanya manusia biasa yang tak luput dari salah dan dosa. Saya hanya
mengeluarkan apa yang ada di hati dan apa yang saya rasakan selama saya tinggal
di bumi pertiwi ini. Indonesia. Mungkin, Ini adalah bukti bahwa saya mencintai
negara saya, Indonesia. Mencintai dan menghargai perbedaan. Dan bukti bahwa
saya pernah hidup di zaman hingar bingar perbedaan.
Salam,
vin
Komentar
Posting Komentar